Lilin
Pelangi Diselimuti Awan Mendung
Seorang manusia tidak akan pernah
merasakan arti sebuah kehidupan apabila mereka belum merasakan bagaimana pahitnya cobaan hidup
dan mengecap manisnya kebahagiaan dalam kehidupannya. Karena, sebenarnya cobaan
itulah yang mendidik manusia untuk selalu tegar dalam menghadapi suatu cobaan dan mendewasakan diri mereka.
Bagi Arin, cobaan dan sebagian kisah menyakitkan hati di hidupnya, dianggap sebagai
serentetetan mimpi buruk dalam lelapnya setiap malam. Namun, sepertinya sangat
sulit untuk terbangun dan atau
pergi dari mimpi buruk itu.
Seperti yang Arin rasakan sekarang,
dia telah merasakan pahit cobaan hidup yang dihadapinya sendirian. Namun, itu
semua tidak membuatnya lupa untuk selalu mengingat Sang Pemberi Hidup dan tidak
kelak membuat
Arin putus asa dalam menghadapi takdirnya. Sampai Tuhan mengabulkan doanya,
setelah sekian lama ia
menahan luka di hatinya seorang diri. Karena dalam hati Arin, ia yakin bahwa
Allah tidak pernah tidur dan tidak akan memberi cobaan pada hamba-Nya melebihi kemampuan batas
mereka. Jika Allah memberinya cobaan itu pasti karena Allah yakin Arin dapat
melaluinya. Dan di balik cobaan itu
selalu ada keyakinan bahwa terdapat
rencana terselubung untuk Arin yang tidak ia duga-duga.
****ms<3dk****
“Eh, Sya, Arin itu sebenernya kenapa
sih? Kok
sekarang kayaknya dia agak berubah, jadi pendiem and kurang bergaul gitu. Kamu kan yang deket sama dia,” tanya Zahra ke Raisya saat
melihat Arin termenung sendirian di perpustakaan sekolah.
“Ehm,, kamu tahu ‘kan orang tuanya
Arin itu kayak apa,” balas Raisya.
“Maksud kamu?”
“Orang tuanya Arin itu kolot banget
tahu! Ehm,
mereka sering kasar ke Arin. Aku kasihan sama dia. Perlakuan orang tuanya itu
kayak orang tua tiri tahu! Masa iya tega mukul, nendang, nampar, jambak anaknya
sendiri. Cuma
karena masalah sepele lagi!” Jelas
Raisya panjang lebar.
“HAH ?? Kamu serius? Masa sih orang
tuanya Arin kayak gitu!” Zahra
menggeleng.
“Kamu nggak nyadar apa! luka di tubuh
Arin itu iya karena perlakuan kaya gitu!”
“Sampe
memar semua gitu, Sya?! Ya
Ampun, kasihan dia. Emang soal apa sih kok sampe segitunya?”
“Gara-gara
dia ngerjain tugas sampe
pulang jam 7 malem. Seharusnya orang tuanya juga pengertian, kan. Ya, namanya
juga sekolah, wajar donk
ngerjain tugas kayak gitu.”
“Iya
sih, kalau mereka mau didik anak juga nggak pake’ cara kayak gitu kali!”
****ms<3dk****
Masalah itulah yang membuat Arin
berubah. Sikapnya menjadi dingin, pendiam, dan terkesan menutup diri dari orang
lain. Dia
juga terlihat sering termenung dan melamun sendirian. Padahal sekarang, Arin
sedang menempuh pendidikannya di salah satu Sekolah Menengah Atas favorit di
Kota Bekasi. Ia
duduk di bangku kelas 10. Sebenarnya dia anak yang pandai bergaul, ramah, dan
periang. Namun,
agaknya dia tidak sanggup lagi menahan beban masalah yang menyangkut kedua
orang tuanya itu sendirian. Sampai
masalah itu yang merubah sikapnya
menjadi seperti sekarang.
Dia menjadi sering melamun dan
nilainya pun cenderung menurun. Seakan-akan,
jasadnya berada di
tempat itu namun pikirannya terbang jauh entah kemana tujuannya dan di mana
berada.
“Dasar anak bandel!! Pulang enggak
tahu waktu! Kamu punya otak apa enggak?! Hem.. Dasar (g*!^0k)!!” Bentak ayah
Arin dan dengan teganya menyeret
badan Arin di jalan. Ayahnya sama sekali tidak menghiraukan
tangisan dan jeritan Arin yang kesakitan karena itu, justru tamparan,
tendangan, dan pukulan yang menambah luka di badan Arin.
Sesampainya di rumah, Arin sudah tidak
merasakan dan menghiraukan luka dan bajunya yang bercampur darah. Dia
melampiaskan emosinya seketika itu juga!
“Aku nggak tahan sama kalian! Kalian
anggap aku ini apa!? Baru kali ini aku menemui ayah berwatak iblis dan berhati
batu sepertimu! Sifatmu seperti setan
yang berbalut rupa malaikat! Aku BENCI kalian!!!!!” Arin berkata dengan kasar
karena sudah tidak sanggup menahan amarah dalam hatinya selama ini.
Namun ayah Arin justru terus-terusan
mengeluarkan kata-kata hinaan untuk Arin!
“Persetan dengan semua omongan kalian,
aku sudah biasa mendengarkan cacian dan hinaan kalian! Kenapa juga kalian nggak
bunuh aku sekarang,
kalau kayak gitu kan nggak ada lagi yang buat kalian jengkel! Hahaha. Hidup kalian akan tentram!”
Arin membalas cacian mereka.
Akibat peristiwa itulah batin Arin
menjadi semakin tertekan. Sebenarnya ia ingin berbagi cerita itu kepada orang lain, namun Arin
tidak mungkin menceritakan itu pada sembarang orang, apalagi itu menyangkut
orang tuanya sendiri. Dia takut jika orang tuanya menjadi salah paham dengan
apa yang ia ceritakan pada orang lain.
Dan menjadi semakin tidak menyukainya.
****ms<3dk****
“Kapan mimpi buruk ini bisa lenyap
dari hidupku? Apa
salahku hidup di dunia ini sampai harus diperlakukan seperti ini. Aku juga
ingin bahagia! Bukan diperlakukan seperti batu! Sampai kapan aku harus bersabar
Ya Allah.Aku bukan BATU yang tidak punya perasaan!” Ucapnya suatu malam saat
matanya belum bisa terlelap. Dia
tidak menghiraukan darah yang mengalir dari luka di tubuhnya lagi, hanya merebahkan tubuhnya di kasur diselimuti
dingin yang mendera.
Keesokan paginya, ia tetap berangkat
ke sekolah seperti biasa. Namun, teman-temanya heran mengapa tangan Arin penuh
luka bahkan pipinya bengkak. Meskipun
begitu, dia masih sempat menyapa temannya mekipun menyimpan luka di balik
senyum pahit di bibirnya.
Arin menjalani hari-harinya sendirian, di sekolah pun
seperti itu. Banyak
temannya heran karena perubahan sikapnya. Dulu dia anak yang periang
dan ramah. Namun
sekarang, dia tidak mau berbicara atau bergaul dengan orang lain, termasuk
Raisya sahabatnya. Dia
lebih senang menghabiskan waktunya di sekolah untuk menyendiri di perpustakaan. Sampai di suatu siang saat
istirahat, Raisya tidak sengaja mendengar ucapan Arin yang sedang bersandar di
jendela pojok perpustakaan.
“Masih adakah kebahagiahaan untukku
dalam hidup ini? Adakah
orang yang peduli terhadapku, menyayangiku, atau bahkan mencintaiku dan merasa
takut kehilanganku? Jika ada! Kapan kebahagiaan itu datang dan menyambut
sanubari hidupku! Menjadi penawar hatiku yang sudah terlanjur beku dan terluka ini. Ahhh, aku ingin kebahagiaan itu!”Gumam
Arin sambil terisak-isak menghapus butir
air mata yang menghiasi pelupuk matanya.
Mendengar
kata-kata yang barusan didengar Raisya dari Arin, membuat perasaan Raisya
yang tadinya ceria manjadi mengharu biru
karena melihat sahabatnya tertekan dan menderita seperti itu. Ia pun tak kuasa membendung lelehan air mata yang menetes
di pipinya.
“Ya Allah,
berilah kesabaran dan ketabahan pada Arin. Jangan biarkan sahabatku ini menanggung beban
yang dihadapinya sendiri. Berilah dia petunjuk untuk menyelesaikan semua ini.
Agar dia bisa menjadi sahabatku yang dulu. Tegarkanlah hatinya, dan kabulkanlah
doa yang ia minta padaMu. Aku tahu Engkau Maha Mengetahui Ya Allah,” bisik Raisya dalam hati.
****ms<3dk****
Hanya
kesepian dan kehampaan yang setia menemani Arin di setiap nafasnya. Sampai suatu malam, dia
merasa sangat jenuh dengan kesepian yang
dirasakannya selama ini. Akhirnya, seusai shalat magrib
ia terpikir untuk membuka akun Facebooknya
yang sudah lama tak dihiraukannya lewat ponsel dan menumpahakan kesepian lewat status-statusnya. Tanpa sengaja, Arin berkenalan dengan seorang cowok yang
bernama Satria. Akhirnya Arin dan Satria saling bertukar komentar. Tidak disadari, hal itu bisa membuat Arin sejenak melupakan
kesepian hatinya. Berawal dari itu, Arin dan Satria berkenalan, bahkan mereka
saling bertukar nomor handphone. Sejak
malam itu, mereka berdua sering SMS-an. Satria memanggil
Arin dengan sebutan adek sedangkan
Arin memanggilnya dengan sebutan aa’.
****ms<3dk****
Tanpa Arin sadari, Satria menjadi tempat ia bertukar
cerita dan menumpahkan perasaannya. Satria pun bisa menjadi pendengar yang baik
menurut Arin. Ada
suatu perasaan yang berbeda dalam benak Arin semenjak ia berkenalan dengan Aa’. Perasaannya langsung yakin
bahwa Satria adalah orang yang bisa dipercaya.
“Aa’…. lgi sbuk gx? Mw tmenin adek smsan gx? Cerita2 yuk!”
tulis Arin dalam pesannya yang tak lain ditujukan kepada Satria.
“Ehm,, nggk kq dek.
Kira2 Adek mw cerita soal ap y? Cowo mngkin? xixixi,” balas Satria
bercanda.
Namun, Arin tersentak membaca balasan pesan itu. Hatinya bergetar dan dia
merasakan perasaan yang aneh hinggap di hatinya. Jantungnya berdebar-debar
hanya karena membaca pesan dari Satria.
“Hah? Cowok? Hm,, aku selalu berkhayal tentang Satria.
Dan aku memang merasakan perasaan yang aneh
seperti ini saat aku kenal dengan Satria. Apa mungkin…
Ahh, mungkin aku terlalu senang bisa berkenalan dengan orang mengerti
perasaanku. Namun getaran apa dalam hatiku ini?”
Arin mencoba menampik perasaan cinta yang ia simpan untuk Satria dalam hati.
“A’a, kq tiba2
ngmong soal cowo ssi! Huhh.” Akhirnya Arin mebalas pesan itu agak sedikit
manja.
“Y gpp, dek, tapi masa iya nggk ada
cowo yg suka sma qm ssi? Qm tu prhatian, baik, pinter lgi Atau qm yg gx nydar
xlo ad cwo yg suka sma qm, dek.”
“Y adek gx tau, a’ . Nggk trllu mkir soal itu kq.”
“Ap ini karena hti qm msih trtekan,
dek?”
“Mngkin jga. Tpi adek jg gx tau.”
“Dek, dngerin aa’
deh. Aa’ tau hti qm skit krna prlakuan dn caci maki ortu qm kmren2. Tpi, dek, itu smw bkan brarti
smw org anggep adek kya omongan mreka. Adek gx hrus mnutup diri dari org lain.
Aa’ ykin kq, bnyak org yg synx dn pduli sm adek. Adek hrs smangt y, ad aa’ kq
yg slalu dkung adek. Adek hrus jd cewe yg periang n ramah kya dulu lgi y,” nasehat Satria pada Arin.
“Hmm, adek tw aa’
synx sm adek. Tpi a’, sulit bwt lupain kjadian itu a’ .Cuma aa’ yg ngrti prsaan
adek. Ju2r, yg jdi smangt bwt adek itu….. Aa’,” tanpa disadari Arin pula,
dia mengungkapkan rasa sayangnya terhadap Satria. Arin tidak sadar dia telah
menyatakan itu, namun… Dia sedikit membuka
hati untuk Satria.
“Dek, aa’ mw tnya
sswtu, tpi qm jwab ju2r y. Ehm, ap ad org yg qm synx ? atw org yg qm suka di hati
qm? Mff xlo mnrut adek, aa’ lancang tnya kya gni,” tanya Satria tiba-tiba.
“Hmm, mgkin ad org
yg adek hrapin di hati adek, tpi adek tkut bwt ngakuin it ke orgnya. Smnjak
adek knal sma dya, adek ngrasa nyman mskipun blm prnah ktemu. Tpi, dy bsa
ngrtiin prsaan adek jga prhatian bgt! Ehmm… adek nggk mw ke PeDe-an dulu ahh.
Adek tkt xlo prsaan org itu brlawanan sma prsaan adek.”
“Owh..padahal ad kq
yg synx n cinta sma adek. Tpi adek gx nydar mgkin.”
“What? Cinta sma
adek??? Sypa a’? jgn
bcanda deh.” Arin menjawab pesan itu deselimuti
perasaan kaget di dadanya.
“Iy pkoknya ad. Eh
dek, kpn2 ktemu yuk, mw nggk?”
“Wahhh,, psty mw
bgt a’, kpan? dmna? kpan?” Balas Arin bertubi-tubi.
“Pas satu bulan qt
knal kn Minggu bsok, mlemnya ktemu di taman dket skolah qm aj. Jam 7 malem,”
Jawab Satria.
“Ssiiipppp… ”
Begitulah keakraban mereka. Perasaan
Arin menjadi tidak karuan. Senang,
kaget, deg-deg-an. Campur aduk!
Namun, Arin juga
masih penasaran dengan pesan Satria yang menyatakan kalau sebenarnya ada yang cinta sama Arin.
Waktu menunjukkan pukul 23.00 tengah malam, Arin masih
berusaha untuk memejamkan mata dan berharap terbang ke alam mimpinya yang
indah. Namun
dia memikirkan bagaimanakah pertemuannya dengan Satria esoknya? Besok! Khayalan
Arin tentang Satria akan segera terwujud!
“Ahhh, senagnya,,, namun, aku masih tidak mengerti
bagaimana perasaanku terhadap Satria. Inikah cinta yang Tuhan kirim untukku? Jika benar, salahkah jika
aku memendam perasaan ini? Atau
aku harus mengungkapkannya? Tapi, ahhh…. Aku terlalu takut untuk menerima
jawaban Satria! Bagaimana jika perasaan ini bertepuk sebelah tangan? Namun jika tidak ku
ungkapkan, perasaan ini semakin menghantuiku
dan menjadi beban di hatiku karena tidak pernah tahu jawaban
dari Satria. Ahhhh.. Aku
binggung!” Keluh
Arin dalam batinnya.
****ms<3dk****
Pagi itu mentari tersenyum cerah.
Secerah hati Arin yang hari ini akan bertemu dengan orang yang dikaguminya
dalam hati. Arin menjalani harinya
dengan senyum yang merekah bagaikan pelangi yang muncul setelah mendung yang
menutup langit dan hujan lebat yang membasahi bumi. Dan perlahan, mentaripun
kembali ke peraduannya, pertanda bulan akan mengganti mentari untuk menghias
malam di bumi ini.
Arin bersiap-siap untuk bertemu dengan
Satria. Dia mengenakan baju berwarna biru dipadu dengan jaket abu-abu yang terlihat anggun dikenakannya. Arin pun
segera berangkat ke taman tempat mereka janjian. Di salah satu bangku di sana,
Arin mendapati cowok tinggi yang memakai baju hijau dengan jaket hitam yang
tampak casual dan keren.
“Aa’..!? Inikah cowok yang aku kagumi selama ini? Aku
berhadapan dengannya! Sungguh beruntung aku bisa mengenalmu. Ternyata dia ganteng dan manis juga,
perhatian lagi!” Batin Arin sembari melempar senyum manisnya pada Satria. Hati Arin bergetar saat dia
menatap Satria. Entah apa perasaan yang berbeda menghampiri hatinya saat itu.
“Wow! Betapa manis dan cantiknya kamu,
dek. Akhirnya aku dapat mewujudkan mimpiku melihat parasmu dan memandang mata
cantikmu,” Satria juga membatin seperti itu dalam hatinya.
“Ehmm,, hai. Kamu Satria, kan? Aku
Arin. Kamu jangan benggong aja donk. Sorry
iya kalau kelamaan nunggu.” Sapa Arin pada Satria sambil mengulurkan tangan
kanannya
“Ouwh maaf, hmm aku Satria.Duduk donk,
dek,” Jawab
Satria singkat.
“Makasih. Maaf iya kalau tadi
nunggunya lama, biasa macet di jalan. hehehe”
“Nggak apa-apa kok. Enggak perlu minta maaf terus ah. Ehm,
aku boleh ngomong sesuatu?” Pertanyaan
Satria yang membuat Arin gugup. Dan ia hanya menjawab dengan anggukan.
“Dek, kalau boleh jujur, orang yang
sayang dan cinta sama kamu
itu…….. Aku! Aku ngrasain perasaan yang beda ke kamu sejak pertama kali kita
kenal. Aku bakal terima apapun jawaban kamu kok, aku nggak bakal paksain
perasaan kamu. Apa
kamu mau jalanin hubungan sama-sama aku?” Ungkap Satria sambil menatap
mata Arin.
“Ehmmmm… sejujurnya orang yang aku
harapin itu kamu a’. Aku juga ngrasain kayak yang kamu rasain tadi. Waktu aku
natap kamu tadi, ada perasaan aneh yang buat hatiku bergetar. Mungkin ini cinta. Namun aku nggak berani
ungkapin ini semua ke kamu. Aku
terlalu takut kalau kamu tolak aku. Dan sekarang, aku mw buka hatiku buat kamu. Dan I
love you.” Jawaban yang membuat hati Satria
berbunga-bunga. Apalagi,
Arin membalasnya dengan tersenyum amat
manis.
“Makasih udah mau nerima aku iya. Aku nggak tahu harus ngomong
apalagi. Aku bahagia! xixixi”
Mereka menikmati kebahagiaan itu
bersama. Hanya
kebahagiaan dan canda tawa yang menghias malam Arin dan Satria saat itu.
Pertemuan yang tidak akan pernah mereka lupakan.
****ms<3dk****
Enam bulan Arin dan Satria menjalin
hubungan. Mungkin
ini secerca kebahagiaan dan sebagian
rencana Tuhan untuknya setelah melaui mimpi buruknya. Terkadang waktu memang tidak
terasa. Mereka
berdua menjalani hubungan itu dengan penuh cobaan. Mungkin itu yang
mendewasakan mereka.Arin menjadikan Satria sebagai semangat hidupnya.Dengan
sepenuh hatinya, Arin mempertahankan hubungan itu, bagi Arin menjaga cinta
Satria adalah perjuangan menuju rencana indah Tuhan. Dia selalu berharap yang
terbaik untuk mereka berdua. Arin
berharap cinta mereka abadi, namun hanya waktu yang dapat menjawab harapan
Arin.
DATA
PENULIS
Nama :
Karina Setia Dewi
Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 19 Agustus 1997
Alamat :
Dk. Klegen Rt3/2 Kalidoro, Pati
No HP :
085 7475 48 011
Moto :
©
Manusia
tidak akan pernah merasakan arti sebuah kehidupan apabila mereka tidak pernah merasakan
bagaimana pahitnya cobaan hidup dan mengecap manisnya kebahagiaan dalam kehidupan. Sehingga butuh perjuangan dan pengorbanan dalam hidup.
2 komentar:
waduh,,, bagus banget. izin copas boleh? soalnya aku baru baca sebagian......
thx mbg,, xixixi :D
Posting Komentar