Kamis, 24 November 2011

Background Lilin Pelangi

















Lilin Pelangi Diselimuti Awan Mendung


Lilin Pelangi Diselimuti Awan Mendung
         
          Seorang manusia tidak akan pernah merasakan arti sebuah kehidupan apabila mereka belum merasakan bagaimana pahitnya cobaan hidup dan mengecap manisnya kebahagiaan dalam kehidupannya. Karena, sebenarnya cobaan itulah yang mendidik manusia untuk selalu tegar dalam menghadapi  suatu cobaan dan mendewasakan diri mereka. Bagi Arin, cobaan dan sebagian kisah menyakitkan hati di hidupnya, dianggap sebagai serentetetan mimpi buruk dalam lelapnya setiap malam. Namun, sepertinya sangat sulit untuk terbangun dan atau pergi dari mimpi buruk itu.
          Seperti yang Arin rasakan sekarang, dia telah merasakan pahit cobaan hidup yang dihadapinya sendirian. Namun, itu semua tidak membuatnya lupa untuk selalu mengingat Sang Pemberi Hidup dan tidak kelak membuat Arin putus asa dalam menghadapi takdirnya. Sampai Tuhan mengabulkan doanya, setelah sekian lama ia menahan luka di hatinya seorang diri. Karena dalam hati Arin, ia yakin bahwa Allah tidak pernah tidur dan tidak akan memberi cobaan pada hamba-Nya melebihi kemampuan batas mereka. Jika Allah memberinya cobaan itu pasti karena Allah yakin Arin dapat melaluinya. Dan di balik cobaan itu selalu ada keyakinan bahwa  terdapat rencana terselubung untuk Arin yang tidak ia duga-duga.
****ms<3dk****
          “Eh, Sya, Arin itu sebenernya kenapa sih? Kok sekarang kayaknya dia agak berubah, jadi pendiem and kurang bergaul gitu. Kamu kan yang deket sama dia,” tanya Zahra ke Raisya saat melihat Arin termenung sendirian di perpustakaan sekolah.
          “Ehm,, kamu tahu ‘kan orang tuanya Arin itu kayak apa,” balas Raisya.
          “Maksud kamu?”
          “Orang tuanya Arin itu kolot banget tahu! Ehm, mereka sering kasar ke Arin. Aku kasihan sama dia. Perlakuan orang tuanya itu kayak orang tua tiri tahu! Masa iya tega mukul, nendang, nampar, jambak anaknya sendiri. Cuma karena masalah sepele lagi!” Jelas Raisya panjang lebar.
          “HAH ?? Kamu serius? Masa sih orang tuanya Arin kayak gitu!” Zahra menggeleng.
          “Kamu nggak nyadar apa! luka di tubuh Arin itu iya karena perlakuan kaya gitu!”
          “Sampe memar semua gitu, Sya?! Ya Ampun, kasihan dia. Emang soal apa sih kok sampe segitunya?”
          “Gara-gara dia ngerjain tugas sampe pulang jam 7 malem. Seharusnya orang tuanya juga pengertian, kan. Ya, namanya juga sekolah, wajar donk ngerjain tugas kayak gitu.”
          “Iya sih, kalau mereka mau didik anak juga nggak pake’ cara kayak gitu kali!”
****ms<3dk****
          Masalah itulah yang membuat Arin berubah. Sikapnya menjadi dingin, pendiam, dan terkesan menutup diri dari orang lain. Dia juga terlihat sering termenung dan melamun sendirian. Padahal sekarang, Arin sedang menempuh pendidikannya di salah satu Sekolah Menengah Atas favorit di Kota Bekasi. Ia duduk di bangku kelas 10. Sebenarnya dia anak yang pandai bergaul, ramah, dan periang. Namun, agaknya dia tidak sanggup lagi menahan beban masalah yang menyangkut kedua orang tuanya itu sendirian. Sampai masalah itu yang merubah sikapnya menjadi seperti sekarang.
          Dia menjadi sering melamun dan nilainya pun cenderung menurun. Seakan-akan, jasadnya berada di tempat itu namun pikirannya terbang jauh entah kemana tujuannya dan di mana berada.
          “Dasar anak bandel!! Pulang enggak tahu waktu! Kamu punya otak apa enggak?! Hem.. Dasar (g*!^0k)!!” Bentak ayah Arin dan dengan teganya menyeret badan Arin di jalan. Ayahnya sama sekali tidak menghiraukan tangisan dan jeritan Arin yang kesakitan karena itu, justru tamparan, tendangan, dan pukulan yang menambah luka di badan Arin.
          Sesampainya di rumah, Arin sudah tidak merasakan dan menghiraukan luka dan bajunya yang bercampur darah. Dia melampiaskan emosinya seketika itu juga!
          “Aku nggak tahan sama kalian! Kalian anggap aku ini apa!? Baru kali ini aku menemui ayah berwatak iblis dan berhati batu sepertimu! Sifatmu  seperti setan yang berbalut rupa malaikat! Aku BENCI kalian!!!!!” Arin berkata dengan kasar karena sudah tidak sanggup menahan amarah dalam hatinya selama ini.
          Namun ayah Arin justru terus-terusan mengeluarkan kata-kata hinaan untuk Arin!
          “Persetan dengan semua omongan kalian, aku sudah biasa mendengarkan cacian dan hinaan kalian! Kenapa juga kalian nggak bunuh aku sekarang, kalau kayak gitu kan nggak ada lagi yang buat kalian jengkel! Hahaha. Hidup kalian akan tentram!” Arin membalas cacian mereka.
          Akibat peristiwa itulah batin Arin menjadi semakin tertekan. Sebenarnya ia ingin berbagi cerita itu kepada orang lain, namun Arin tidak mungkin menceritakan itu pada sembarang orang, apalagi itu menyangkut orang tuanya sendiri. Dia takut jika orang tuanya menjadi salah paham dengan apa yang ia ceritakan pada orang lain.  Dan menjadi semakin tidak menyukainya.
****ms<3dk****
          “Kapan mimpi buruk ini bisa lenyap dari hidupku? Apa salahku hidup di dunia ini sampai harus diperlakukan seperti ini. Aku juga ingin bahagia! Bukan diperlakukan seperti batu! Sampai kapan aku harus bersabar Ya Allah.Aku bukan BATU yang tidak punya perasaan!” Ucapnya suatu malam saat matanya belum bisa terlelap. Dia tidak menghiraukan darah yang mengalir dari luka di tubuhnya lagi, hanya merebahkan tubuhnya di kasur diselimuti dingin yang mendera.
          Keesokan paginya, ia tetap berangkat ke sekolah seperti biasa. Namun, teman-temanya heran mengapa tangan Arin penuh luka bahkan pipinya bengkak. Meskipun begitu, dia masih sempat menyapa temannya mekipun menyimpan luka di balik senyum pahit di bibirnya.
Arin menjalani hari-harinya sendirian, di sekolah pun seperti itu. Banyak temannya heran karena perubahan sikapnya. Dulu dia anak yang periang dan ramah. Namun sekarang, dia tidak mau berbicara atau bergaul dengan orang lain, termasuk Raisya sahabatnya. Dia lebih senang menghabiskan waktunya di sekolah untuk menyendiri di perpustakaan. Sampai di suatu siang saat istirahat, Raisya tidak sengaja mendengar ucapan Arin yang sedang bersandar di jendela pojok perpustakaan.
          “Masih adakah kebahagiahaan untukku dalam hidup ini? Adakah orang yang peduli terhadapku, menyayangiku, atau bahkan mencintaiku dan merasa takut kehilanganku? Jika ada! Kapan kebahagiaan itu datang dan menyambut sanubari hidupku! Menjadi penawar hatiku yang sudah terlanjur beku dan terluka ini. Ahhh, aku ingin kebahagiaan itu!”Gumam Arin sambil terisak-isak menghapus butir air mata yang menghiasi pelupuk matanya.
          Mendengar kata-kata yang barusan didengar Raisya dari Arin, membuat perasaan Raisya yang tadinya ceria manjadi mengharu biru karena melihat sahabatnya tertekan dan menderita seperti itu. Ia pun tak kuasa membendung lelehan air mata yang menetes di pipinya.
          “Ya Allah, berilah kesabaran dan ketabahan pada Arin. Jangan biarkan sahabatku ini menanggung beban yang dihadapinya sendiri. Berilah dia petunjuk untuk menyelesaikan semua ini. Agar dia bisa menjadi sahabatku yang dulu. Tegarkanlah hatinya, dan kabulkanlah doa yang ia minta padaMu. Aku tahu Engkau Maha Mengetahui Ya Allah,bisik Raisya dalam hati.
****ms<3dk****
          Hanya kesepian dan kehampaan yang setia menemani Arin di setiap nafasnya. Sampai suatu malam, dia merasa sangat jenuh dengan kesepian yang dirasakannya selama ini. Akhirnya, seusai shalat magrib  ia terpikir untuk membuka akun Facebooknya yang sudah lama tak dihiraukannya  lewat ponsel dan menumpahakan kesepian lewat status-statusnya. Tanpa sengaja, Arin berkenalan dengan seorang cowok yang bernama Satria. Akhirnya Arin dan Satria saling bertukar komentar. Tidak disadari, hal itu bisa membuat Arin sejenak melupakan kesepian hatinya. Berawal dari itu, Arin dan Satria berkenalan, bahkan mereka saling bertukar nomor handphone. Sejak malam itu, mereka berdua sering SMS-an. Satria memanggil Arin dengan sebutan adek sedangkan Arin memanggilnya dengan sebutan aa’.
****ms<3dk****
Tanpa Arin sadari, Satria menjadi tempat ia bertukar cerita dan menumpahkan perasaannya. Satria pun bisa menjadi pendengar yang baik menurut Arin. Ada suatu perasaan yang berbeda dalam benak Arin semenjak ia berkenalan dengan Aa’. Perasaannya langsung yakin bahwa Satria adalah orang yang bisa dipercaya.
Aa’…. lgi sbuk gx? Mw tmenin adek smsan gx? Cerita2 yuk!” tulis Arin dalam pesannya yang tak lain ditujukan kepada Satria.
Ehm,, nggk kq dek. Kira2 Adek mw cerita soal ap y? Cowo mngkin? xixixi,” balas Satria bercanda.
Namun, Arin tersentak membaca balasan pesan itu. Hatinya bergetar dan dia merasakan perasaan yang aneh hinggap di hatinya. Jantungnya berdebar-debar hanya karena membaca pesan dari Satria.
“Hah? Cowok? Hm,, aku selalu berkhayal tentang Satria. Dan aku memang merasakan perasaan yang aneh seperti ini saat aku kenal dengan Satria. Apa mungkin… Ahh, mungkin aku terlalu senang bisa berkenalan dengan orang mengerti perasaanku. Namun getaran apa dalam hatiku ini?” Arin mencoba menampik perasaan cinta yang ia simpan untuk Satria dalam hati.
A’a, kq tiba2 ngmong soal cowo ssi! Huhh.” Akhirnya Arin mebalas pesan itu agak sedikit manja.
Y gpp, dek, tapi masa iya nggk ada cowo yg suka sma qm ssi? Qm tu prhatian, baik, pinter lgi Atau qm yg gx nydar xlo ad cwo yg suka sma qm, dek.
Y adek gx tau, a’ . Nggk trllu mkir soal itu kq.
Ap ini karena hti qm msih trtekan, dek?
Mngkin jga. Tpi adek jg gx tau.
Dek, dngerin aa’ deh. Aa’ tau hti qm skit krna prlakuan dn caci maki ortu qm kmren2. Tpi, dek, itu smw bkan brarti smw org anggep adek kya omongan mreka. Adek gx hrus mnutup diri dari org lain. Aa’ ykin kq, bnyak org yg synx dn pduli sm adek. Adek hrs smangt y, ad aa’ kq yg slalu dkung adek. Adek hrus jd cewe yg periang n ramah kya dulu lgi y, nasehat Satria pada Arin.
Hmm, adek tw aa’ synx sm adek. Tpi a’, sulit bwt lupain kjadian itu a’ .Cuma aa’ yg ngrti prsaan adek. Ju2r, yg jdi smangt bwt adek itu….. Aa’, tanpa disadari Arin pula, dia mengungkapkan rasa sayangnya terhadap Satria. Arin tidak sadar dia telah menyatakan itu, namun… Dia sedikit membuka hati untuk Satria.
Dek, aa’ mw tnya sswtu, tpi qm jwab ju2r y. Ehm, ap ad org yg qm synx ? atw org yg qm suka di hati qm? Mff xlo mnrut adek, aa’ lancang tnya kya gni, tanya Satria tiba-tiba.
Hmm, mgkin ad org yg adek hrapin di hati adek, tpi adek tkut bwt ngakuin it ke orgnya. Smnjak adek knal sma dya, adek ngrasa nyman mskipun blm prnah ktemu. Tpi, dy bsa ngrtiin prsaan adek jga prhatian bgt! Ehmm… adek nggk mw ke PeDe-an dulu ahh. Adek tkt xlo prsaan org itu brlawanan sma prsaan adek.
Owh..padahal ad kq yg synx n cinta sma adek. Tpi adek gx nydar mgkin.
What? Cinta sma adek??? Sypa a’? jgn bcanda deh.” Arin menjawab pesan itu deselimuti perasaan kaget di dadanya.
Iy pkoknya ad. Eh dek, kpn2 ktemu yuk, mw nggk?
Wahhh,, psty mw bgt a’, kpan? dmna? kpan? Balas Arin bertubi-tubi.
Pas satu bulan qt knal kn Minggu bsok, mlemnya ktemu di taman dket skolah qm aj. Jam 7 malem,” Jawab Satria.
Ssiiipppp… ” Begitulah keakraban mereka. Perasaan Arin menjadi tidak karuan. Senang, kaget, deg-deg-an. Campur aduk! Namun, Arin juga masih penasaran dengan pesan Satria yang menyatakan kalau sebenarnya ada yang cinta sama Arin.
Waktu menunjukkan pukul 23.00 tengah malam, Arin masih berusaha untuk memejamkan mata dan berharap terbang ke alam mimpinya yang indah. Namun dia memikirkan bagaimanakah pertemuannya dengan Satria esoknya? Besok! Khayalan Arin tentang Satria akan segera terwujud!
“Ahhh, senagnya,,, namun, aku masih tidak mengerti bagaimana perasaanku terhadap Satria. Inikah cinta yang Tuhan kirim untukku? Jika benar, salahkah jika aku memendam perasaan ini? Atau aku harus mengungkapkannya? Tapi, ahhh…. Aku terlalu takut untuk menerima jawaban Satria! Bagaimana jika perasaan ini bertepuk sebelah tangan? Namun jika tidak ku ungkapkan, perasaan ini semakin menghantuiku dan menjadi beban di hatiku karena tidak pernah tahu jawaban dari Satria. Ahhhh.. Aku binggung!” Keluh Arin dalam batinnya.
****ms<3dk****
          Pagi itu mentari tersenyum cerah. Secerah hati Arin yang hari ini akan bertemu dengan orang yang dikaguminya dalam hati. Arin menjalani harinya dengan senyum yang merekah bagaikan pelangi yang muncul setelah mendung yang menutup langit dan hujan lebat yang membasahi bumi. Dan perlahan, mentaripun kembali ke peraduannya, pertanda bulan akan mengganti mentari untuk menghias malam di bumi ini.
          Arin bersiap-siap untuk bertemu dengan Satria. Dia mengenakan baju berwarna biru dipadu dengan jaket abu-abu  yang terlihat anggun dikenakannya. Arin pun segera berangkat ke taman tempat mereka janjian. Di salah satu bangku di sana, Arin mendapati cowok tinggi yang memakai baju hijau dengan jaket hitam yang tampak casual dan keren.
          “Aa’..!? Inikah cowok yang aku kagumi selama ini? Aku berhadapan dengannya! Sungguh beruntung aku bisa mengenalmu. Ternyata dia ganteng dan manis juga, perhatian lagi!” Batin Arin sembari melempar senyum manisnya pada Satria. Hati Arin bergetar saat dia menatap Satria. Entah apa perasaan yang berbeda menghampiri hatinya saat itu.
          “Wow! Betapa manis dan cantiknya kamu, dek. Akhirnya aku dapat mewujudkan mimpiku melihat parasmu dan memandang mata cantikmu,” Satria juga membatin seperti itu dalam hatinya.
          “Ehmm,, hai. Kamu Satria, kan? Aku Arin. Kamu jangan benggong aja donk. Sorry iya kalau kelamaan nunggu.” Sapa Arin pada Satria sambil mengulurkan tangan kanannya
          “Ouwh maaf, hmm aku Satria.Duduk donk, dek,” Jawab Satria singkat.
          “Makasih. Maaf iya kalau tadi nunggunya lama, biasa macet di jalan. hehehe”
          “Nggak apa-apa kok. Enggak perlu minta maaf terus ah. Ehm, aku boleh ngomong sesuatu?” Pertanyaan Satria yang membuat Arin gugup. Dan ia hanya menjawab dengan anggukan.
          “Dek, kalau boleh jujur, orang yang sayang dan cinta sama kamu itu…….. Aku! Aku ngrasain perasaan yang beda ke kamu sejak pertama kali kita kenal. Aku bakal terima apapun jawaban kamu kok, aku nggak bakal paksain perasaan kamu. Apa kamu mau jalanin hubungan sama-sama aku?” Ungkap Satria sambil menatap mata Arin.
          “Ehmmmm… sejujurnya orang yang aku harapin itu kamu a’. Aku juga ngrasain kayak yang kamu rasain tadi. Waktu aku natap kamu tadi, ada perasaan aneh yang buat hatiku bergetar. Mungkin ini cinta. Namun aku nggak berani ungkapin ini semua ke kamu. Aku terlalu takut kalau kamu tolak aku. Dan sekarang, aku mw buka hatiku buat kamu. Dan I love you.” Jawaban yang membuat hati Satria berbunga-bunga. Apalagi, Arin membalasnya dengan tersenyum amat manis.
          “Makasih udah mau nerima aku iya. Aku nggak tahu harus ngomong apalagi. Aku bahagia! xixixi”
          Mereka menikmati kebahagiaan itu bersama. Hanya kebahagiaan dan canda tawa yang menghias malam Arin dan Satria saat itu. Pertemuan yang tidak akan pernah mereka lupakan.
****ms<3dk****
          Enam bulan Arin dan Satria menjalin hubungan. Mungkin ini secerca kebahagiaan dan sebagian rencana Tuhan untuknya setelah melaui mimpi buruknya. Terkadang waktu memang tidak terasa. Mereka berdua menjalani hubungan itu dengan penuh cobaan. Mungkin itu yang mendewasakan mereka.Arin menjadikan Satria sebagai semangat hidupnya.Dengan sepenuh hatinya, Arin mempertahankan hubungan itu, bagi Arin menjaga cinta Satria adalah perjuangan menuju rencana indah Tuhan. Dia selalu berharap yang terbaik untuk mereka berdua. Arin berharap cinta mereka abadi, namun hanya waktu yang dapat menjawab harapan Arin.











DATA PENULIS










Nama                               : Karina Setia Dewi
Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 19 Agustus 1997
Alamat                              : Dk. Klegen Rt3/2 Kalidoro, Pati
E-mail                              : karinasetiadewi@rocketmail.com
Facebook / Twitter               : www.facebook.com/karin.mblcliquers / @KarinDK1
No HP                              : 085 7475 48 011
Moto                                :
©   Manusia tidak akan pernah merasakan arti sebuah kehidupan apabila mereka tidak pernah merasakan bagaimana pahitnya cobaan hidup dan mengecap manisnya kebahagiaan dalam kehidupan. Sehingga butuh perjuangan dan pengorbanan dalam hidup.
©   Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Biarkan mimpimu terbang menuju puncak angkasa.
 
Sky Design Pointer
ungu cliquers | Template Sweet Uniqx Transparent © 2011 Free Template Utta. Designer by Utta' Melanickz. Look Template Uniqx Opacity Transparent and Uniqx Transparent